Kapal-kapal tongkang berdiri kokoh. Berderet dari ujung ke ujung Pelabuhan Sunda Kelapa. Di salah satu kapal besar yang terbuat dari kayu, sejumlah awak tidak mengenakan baju. Mereka mondar-mandir memeriksa tali-tali di atas kapal.
Setelah cukup lama meneliti tali-tali, masuk kembali ke ruang kemudi. Di sana mereka mengobrol.
Di ujung sana beberapa perahu kecil merapat ke dermaga. Nelayan yang memegang kemudi memutar pelan badan perahu agar berhenti secara tepat. Lalu yang satu lagi melempar jangkar.
Itulah salah satu aktivitas para nelayan di Pelabuhan Sunda Kelapa di Desember 2009. Tahukah anda, pelabuhan ini menyimpan banyak sekali cerita bersejarah.
Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan, daerah ini sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta.
Masa kejayaan itu tepatnya ketika Kerajaan Hindu Pajajaran. Pada perkembangannya, pada zaman itu orang-orang Portugis datang dari Malaka sebagai utusan Gubernur Malaka. Setelah berhasil mengadakan perjanjian dengan penguasa Sunda Kelapa bahwa mereka diizinkan untuk mendirikan benteng di dekat Muara Sungai Ciliwung, para utusan kembali ke Malaka.
Pada 1527 orang-orang Portugis itu kembali dengan membawa sebuah armada kecil tanpa mengetahui sebelumnya bahwa Sunda Kelapa telah jatuh ke tangan Fatahillah. Maka ketika mereka tiba di sana terjadilah pertempuran di sekitar Teluk Jakarta yang akhirnya dimenangkan oleh Fatahillah.
Atas sukacita kemenangannya, Fatahillah memberi nama baru Sunda Kelapa menjadi Jayakarta yang artinya “kemenangan sempurna”. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 22 Juni 1527, yang selanjutnya dijadikan sebagai hari jadi kota Jakarta.
Belanda datang pertama kali ke Jayakarta tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Setelah mendirikan VOC pada tahun 1602, Belanda semakin kuat kedudukannya. Tahun 1619 oleh Jan Peterszoon Coen, Jayakarta diratakan dengan tanah dan kemudian dibangun kota baru yang diberi nama Batavia.
Kota ini selanjutnya meluas melampaui batas awalnya dan menjadi pusat pemerintahan dan kekuasaan Belanda selama 350 tahun menjajah Indonesia. Setelah Batavia jatuh ke tangan Pendudukan Jepang pada tahun 1942, namanya berubah menjadi Jakarta.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945, Jakarta ditetapkan sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tahun 1950 menjadi kotapraja di bawah pimpinan walikota.
Pada tahun 1964 statusnya dinaikkan setingkat propinsi dan disebut Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI) di bawah pimpinan Gubernur. Seiring bergulirnya reformasi dan diberlakukannya otonomi daerah, pada tahun 1999 Jakarta dikukuhkan menjadi provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
Secara administratif, Jakarta yang berpenduduk lebih dari sembilan juta jiwa ini dibagi menjadi lima wilayah kotamadya dengan masing-masing wilayah dipimpin oleh walikota serta Kabupaten Kepulauan Seribu yang dikepalai oleh seorang Bupati.