Kecanduan rokok menjadi masalah serius yang dihadapi dunia. Terobosan terapi farmakologi terbaru menghentikan kebiasaan merokok dalam tiga bulan.
Tiada hari tanpa rokok. Kalimat itu cocok bagi para pencandu rokok (adiksi nikotin). Beberapa jam tidak mengisap rokok, pencandu biasanya akan merasa gelisah. Mulut terasa tidak enak hingga bingung hendak melakukan sesuatu.
Di Indonesia, terdapat sekitar 63 juta perokok yang sulit menghindari kecanduan. Walaupun mereka menyadari rokok berdampak negatif bagi kesehatan fisik, mental hingga ekonomi.
Data WHO tahun 2008 mencatat, sebanyak 5,4 juta orang meninggal akibat rokok di seluruh dunia. Untuk kawasan Asia Tenggara, sebanyak 124 juta orang dewasa yang merokok. Sekitar 46% berada di Indonesia.
Berawal dari keprihatinan tersebut, PT Pfizer Indonesia bersama Yayasan Jantung Indonesia dan Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) mengembangkan terapi yang bertujuan untuk membuat orang-orang berhenti merokok.
Dinamakan dengan terapi farmakologi. "Sudah sejak dulu orang mencari obat yang cocok agar seseorang bisa berhenti merokok. Namun, baru ditemukan kalau terapi farmakologi bisa membuat orang berhenti merokok dalam tiga bulan," kata dokter spesialisasi penyakit jantung dan pembuluh darah serta konsultan dari RS Harapan Kita, dr Aulia Sani SpJP(K).
Dia menuturkan, seseorang sulit berhenti merokok karena nikotin di dalam rokok menyebabkan adiksi. Nikotin 5 hingga 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia daripada kokain dan morfin. "Terapi farmakologi caranya cukup mudah. Pasien kami terapi dengan obat yang bernama Varenicline," sebut dokter yang juga Dewan Pembina Yayasan Jantung Indonesia dan Anggota Komnas PMM itu.
Terapi tersebut terdiri atas beberapa tahap. Aulia menjelaskan, untuk tahap awal, pasien diberikan dosis awal Varenicline sebanyak 0,5 mg selama beberapa hari. Setelah itu dilanjutkan dengan 1 mg Varenicline hingga dosis tetap Varenicline yang harus diminum dua kali per hari.
Setelah melakukan terapi farmakologi dengan menggunakan Varenicline, dia mengaku rata-rata pasien bisa berhenti merokok dalam waktu tiga bulan. Tanpa mengalami gangguan seperti gelisah, sulit berkonsentrasi, hingga selera makan menurun.
Varian obat Varenicline merupakan terobosan baru yang disebut sebagai nicotinic acetylcholine receptor partial agonist. "Selain dibantu dengan terapi, yang paling penting agar dapat berhenti merokok, setiap orang harus memiliki niat. Kalau niat sudah kuat, 150% akan sukses berhenti merokok," katanya.
Pengurus Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok( LM3), dr Widjajantimemaparkan, Varenicline adalah obat nonnikotin pertama yang secara khusus diciptakan untuk berhenti merokok.
"Obat ini bekerja pada reseptor di mana nikotin bekerja sehingga dapat mengurangi gejala kecanduan," katanya.
Di samping itu Varenicline memiliki cara kerja yang unik dengan menghalangi (antagonist effect) nikotin yang menempel pada otak. Bukan sebagai terapi pengganti nikotin, yang sudah ada sebelumnya. Varenicline juga mampu mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan dari rokok jika seorang pasien merokok kembali.
Hal tersebut dibuktikan dengan sebuah studi yang melibatkan 1.210 perokok. Setelah 12 pekan pertama diberi terapi farmakologi dengan Varenicline, pencandu rokok berhasil berhenti merokok. Kemudian, terapi diteruskan selama 12 pekan. Hasilnya menunjukkan perpanjangan terapi meningkatkan keberhasilan pasien untuk berhenti merokok..